Wednesday, July 23, 2008

STUDI KRITIS TAFSIR AL-QURAN AHMADIYAH

STUDI KRITIS TAFSIR AL-QURAN AHMADIYAH
Dr. Fahmi Salim (INSISTS)

SUMBER RUJUKAN: "ALQURAN DENGAN TERJEMAHAN DAN TAFSIR SINGKAT" editor: Malik Ghulam Farid, alih bahasa: Dewan Naskah Jemaat Ahmadiyah Indonesia, dengan restu Hadhrat Mirza Tahir Ahmad KHALIFATUL MASIH IV, edisi kedua, diterbitkan oleh JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA 1987.

Q.s. al-Baqarah: 260 Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku Telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah[165] semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, Kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [165] pendapat diatas adalah menurut At-Thabari dan ibnu Katsir, sedang menurut abu muslim Al Ashfahani pengertian ayat diatas bahwa Allah memberi penjelasan kepada nabi Ibrahim a.s. tentang cara dia menghidupkan orang-orang yang mati. Disuruh-Nya nabi Ibrahim a.s. mengambil empat ekor burung lalu memeliharanya dan menjinakkannya hingga burung itu dapat datang seketika, bilamana dipanggil. Kemudian, burung-burung yang sudah pandai itu, diletakkan di atas tiap-tiap bukit seekor, lalu burung-burung itu dipanggil dengan satu tepukan/seruan, niscaya burung-burung itu akan datang dengan segera, walaupun tempatnya terpisah-pisah dan berjauhan. Maka demikian pula Allah menghidupkan orang-orang yang mati yang tersebar di mana-mana, dengan satu kalimat cipta hiduplah kamu semua Pastilah mereka itu hidup kembali. jadi menurut abu muslim sighat amr (bentuk kata perintah) dalam ayat ini, pengertiannya khabar (bentuk berita) sebagai cara penjelasan. pendapat beliau Ini dianut pula oleh Ar Razy dan Rasyid Ridha. Tafsir Ahmadiyah: "Ini adalah suatu kasyaf Hadhrat Ibrahim as dengan mengambil empat ekor burung, maknanya ialah, keturunan beliau akan bangkit dan jatuh empat kali; peristiwa itu disaksikan dua kali di tengah-tengah kaum Bani Israil dan terulang lagi dua kali di tengah-tengah para pengikut Rasulullah saw yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim as melalui Nabi Ismail as. Kekuatan kaum Yahudi hancur dua kali: pertama kali oleh Nebukadnezar dan kemudian oleh Titus (17: 5-8. enc. Brit. Pada Jews) dan tiap-tiap kali Tuhan membangkitkan kembali sesudah keruntuhan mereka... demikian pula kekuatan Islam, mula-mula dengan hebat digoncang, ketika Baghdad jatuh saat menghadapi pasukan Tartar; tetapi, segera dapat pulih kembali sesudah pukulan yang meremukkan itu. Para pemenang berubah menjadi golongan yang kalah dan cucu Hulaku, penakluk Baghdad, masuk Islam. Keruntuhan kedua datang kemudian, ketika kemunduran umum dan menyeluruh dialami oleh kaum muslimin dalam bidang rohani dan politik. Kebangkitan Islam yang kedua sedang dilaksanakan oleh Hadhrat Masih Mau'ud as. Dalam tafsir ayat selanjutnya yang berisikan perintah dan perumpamaan infak di jalan Allah, buku itu menulis: "Guna mempersiapkan kaum muslimin untuk kebangkitan yang dijanjikan, Tuhan kembali lagi membahas jalan kemajuan nasional dan memerintahkan orang-orang mukmin supaya membelanjakan harta sebanyak-banyaknya di jalan Allah". (hlm. 189-190)
Q.s. Ali Imran: 55 (ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian Hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". Tafsir Ahmadiyah: "Mutawaffi diserap dari kata tawaffa... Bila Tuhan itu subyek dan manusia itu obyek kalimat, maka tawaffa tak mempunyai arti lain kecuali mencabut nyawa pada waktu tidur atau mati. Ibnu 'Abbas telah menyalin mutawaffika sebagai mumituka, ialah, Aku akan mematikan engkau (Bukhari). Demikian pula Zamakhsyari, seorang ahli bahasa Arab kenamaan mengatakan, "Mutawaffika berarti, aku akan memelihara engkau dari terbunuh oleh orang dan akan menganugerahkan kepada engkau kesempatan hidup penuh yang telah ditetapkan bagi engkau dan akan mematikan engkau dengan kematian yang wajar, tidak terbunuh" (Kasyaf). Pada hakikatnya, para ahli kamus Arab sepakat semuanya mengenai pokok itu bahwa kata tawaffa seperti digunakan dalam cara tersebut tidak dapat mempunyai tafsiran lain dan tiada satu contoh pun dari seluruh pustaka Arab yang dapat dikemukakan tentang kata itu bahwa kata itu telah digunakan dalam suatu arti yang lain. Para alim dan ahli-ahli tafsir terkemuka seperti: Ibn Abbas, Imam Malik, Imam Bukhari, Imam Ibn Hazm, Imam Ibn Qayyim, Qatadah, Wahab dan lain-lain mempunyai pendapat yang sama (Bukhari, bab Tafsir; Bukhari bab Bad' al-Khalq; Bihar; al-Muhalla; Mantsur; Katsir). Kata itu dipakai tidak kurang dari 25 tempat yang berlainan dalam Al-Qur'an dan pada tidak kurang dari 23 tempat dari antaranya berarti mencabut nyawa pada waktu wafat. Hanya dalam 2 tempat artinya, mengambil nyawa pada waktu tidur; tetapi, disini kata-keterangan tidur atau malam telah dibubuhkan (lihat 6:61 ; 39:43). Kenyataan bahwa Nabi Isa as itu telah wafat tidak dapat dibantah. Rasulullah saw diriwayatkan telah bersabda, "Seandainya Musa as dan Isa as sekarang masih hidup, niscaya mereka akan terpaksa mengikuti aku" (Katsir). Beliau malah menetapkan usia Isa as 120 tahun (Ummal). Al-Quran dalam sebanyak 30 ayat telah menolak kepercayaan yang bukan-bukan tentang kenaikan Isa as dengan tubuh kasar ke langit dan tentang anggapan bahwa beliau masih hidup di langit." (hlm. 248-249)
Q.s. al-A'raf: 35 Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, Maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Tafsir Ahmadiyah: "Hal ini patut mendapat perhatian istimewa. Seperti pada beberapa ayat sebelumnya (ayat 26, 27 dan 31), seruan dengan kata-kata, Hai anak cucu Adam, dialamatkan kepada umat di zaman Rasulullah saw dan kepada generasi-generasi yang akan lahir dan bukan kepada umat yang hidup di masa jauh silam dan yang datang tak lama sesudah masa Adam as. (hlm.571)
Q.s. al-A'raf: 148 Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara[570]. apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim. Tafsir Ahmadiyah: "Tuhan dapat dibuktikan sebagai Tuhan Yang Maha Hidup hanya jika Dia bercakap-cakap dengan hamba-hamba-Nya. Tidak masuk akal bahwa Tuhan tidak lagi berbicara di waktu sekarang, padahal Dia selalu berbicara kepada hamba-hamba pilihan-Nya di masa yang lalu. Anugerah wahyu ilahi dapat diterima bahkan sekarang ini juga seperti halnya telah diraih oleh umat manusia di masa yang lalu. Wahyu tidak harus selamanya mengandung syariat baru. Wahyu dimaksudkan pula untuk memberikan kesegaran dalam kehidupan rohani manusia dan untuk memungkinkan manusia bertaqarub atau mendekatkan diri kepada Khalik-nya dan Rabb-nya." (hlm. 617)
Q.s. an-Nahl: 68 "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". Tafsir Ahmadiyah: "Wahyu di sini berarti, naluri-naluri alami yang dengan itu Tuhan telah menganugerahi semua makhluk. Ayat ini mengandung satu isyarat yang indah sekali, bahwa bekerjanya seluruh alam semesta dengan lancar dan berhasil bergantung pada wahyu (atau ilham), baik yang nyata ataupun tersembunyi……. Tuhan mengilhamkan kepada lebah untuk menghimpunkan makanannya dari berbagai buah dan bunga, kemudian dengan jalan bekerjanya alat yang tersedia dalam tubuhnya dan dengan cara yang diwahyukan oleh Tuhan kepadanya, ia mengubah makanan yang terhimpun itu menjadi madu…… Hal ini mengandung arti bahwa wahyu telah terus menerus turun kepada nabi-nabi di berbagai zaman, dan bahwa ajaran seorang nabi berbeda dalam beberapa hal yang kecil-kecil dari ajaran-ajaran nabi-nabi lain; walaupun demikian semuanya itu merupakan sarana-sarana untuk menumbuhkan akhlak dan rohani kaum yang kepadanya beliau-beliau diutus." (hlm. 938)
Q.s. as-Sajdah: 5 "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu". Tafsir Ahmadiyah: "Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba yang sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama tiga abad pertama kehidupannya. Rasulullah saw diriwayatkan pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau, "Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu" (Bukhari dan Tirmizi, Kitab Syahadat). Islam mulai mundur sesudah tiga abad pertama masa keunggulan dan kemenangan yang tiada henti-hentinya. Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya berlangsung dalam masa seribu tahun berikutnya. Kepada masa seribu tahun inilah telah diisyaratkan dengan kata-kata, "Kemudian peraturan itu akan naik kepada Dia dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun." Dalam hadis lain Rasulullah saw diriwayatkan pernah bersabda, bahwa iman akan terbang ke Bintang Suraya dan seseorang dari keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari, Kitab Tafsir). Dengan kedatangan Hadhrat Masih Mau'ud as dalam abad ke-14 sesudah hijrah, laju kemerosotannya telah terhenti dan kebangkitan Islam kembali mulai berlaku." (hlm. 1430)
Q.s. al-Ahzab: 40 "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu[1223]., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. [1223] Maksudnya: nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, Karena itu janda Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w." Tafsir Ahmadiyah: "Khatam berasal dari kata khatama yang berarti: ia memeterai, mencap, mensahkan atau mencetakkan pada barang itu. Inilah arti pokok kata itu. Adapun arti kedua ialah: ia mencapai di ujung benda itu; atau menutupi benda itu, atau melindungi apa yang tertera dalam tulisan dengan memberi tanda atau mencapkan secercah tanah liat di atasnya, atau dengan sebuah materai jenis apa pun. Khatam berarti juga sebentuk cincin stempel; sebuah segel, atau materai dan sebuah tanda; ujung atau bagian terakhir dan hasil atau anak (cabang) suatu benda. Kata itu pun berarti hiasan atau perhiasan; terbaik atau paling sempurna. Kata-kata khatim, khatm dan khatam hampir sama artinya (Lane, Mufradat, Fath dan Zurqani). Maka kata khataman nabiyyin akan berarti materai para nabi; yang terbaik dan paling sempurna dari antara nabi-nabi; hiasan dan perhiasan nabi-nabi. Arti kedua ialah nabi terakhir.".... ".... sesudah surah al-Kautsar diturunkan, tentu saja terdapat anggapan di kalangan kaum muslimin di zaman permulaan bahwa Rasulullah saw akan dianugerahi anak-anak lelaki yang akan hidup sampai dewasa. Ayat yang sedang dibahas ini menghilangkan salah faham itu, sebab ayat ini menyatakan bahwa Rasulullah saw baik sekarang maupun dahulu ataupun di masa yang akan datang bukan atau tidak pernah akan menjadi bapak seorang orang lelaki dewasa (rijal berarti pemuda)." "..... ayat ini mengatakan bahwa Baginda Nabi Besar Muhammad saw adalah Rasul Allah, yang mengandung arti bahwa beliau adalah bapak rohani seluruh umat manusia dan beliau juga Khataman Nabiyyin, yang maksudnya beliau adalah bapak rohani seluruh nabi. Maka bila beliau bapak rohani semua orang mukmin dan semua nabi, betapa beliau dapat disebut abtar atau tak berketurunan. Bila ungkapan ini diambil dalam arti bahwa beliau itu nabi yang terakhir, dan bahwa tiada nabi akan datang sesudah beliau, maka ayat ini akan nampak sumbang bunyinya dan tidak mempunyai pertautan dengan konteks ayat, dan daripada menyanggah ejekan orang-orang kafir bahwa Rasulullah saw tidak berketurunan, malahan mendukung dan menguatkannya." "..... maka ungkapan Khataman Nabiyyin dapat mempunyai kemungkinan empat macam arti:
(1) Rasulullah saw adalah materai para nabi, yakni, tiada nabi dapat dianggap benar, kalau kenabiannya tidak bermateraikan Rasulullah. Kenabian semua nabi yang sudah lampau harus dikuatkan dan disahkan oleh Rasulullah dan juga tiada seorang pun yang dapat mencapai tingkat kenabian sesudah beliau kecuali dengan menjadi pengikut beliau.
(2) Rasulullah saw adalah yang terbaik, termulia dan paling sempurna dari antara semua nabi dan juga beliau adalah sumber hiasan bagi mereka (Zurqani, Syarh Mawahib al-Laduniyyah).
(3) Rasulullah saw adalah yang terakhir di antara para nabi pembawa syariat. Penafsiran ini telah diterima oleh para ulama terkemuka, orang-orang suci dan waliullah seperti Ibn 'Arabi, Syah Waliullah, Imam 'Ali al-Qari, dan lain-lain. Menurut ulama besar dan waliullah itu tiada nabi dapat datang sesudah Rasulullah saw yang dapat memansukhkan (membatalkan) millah beliau atau yang akan datang dari luar umat beliau (Futuhat, Tafhimat, Maktubat, dan Yawaqit al-Jawahir). Sitti Aisyah ra istri Rasulullah saw yang amat berbakat, menurut riwayat pernah mengatakan, "Katakanlah bahwa beliau (Rasulullah) adalah khataman nabiyyin, tetapi janganlah mengatakan tidak akan ada nabi lagi sesudah beliau" (Mantsur).
(4) Rasulullah saw adalah nabi yang terakhir (Akhirul Anbiya') hanya dalam arti kata bahwa semua nilai dan sifat kenabian terjelma dengan sempurna-sempurnanya dan selengkap-lengkapnya dalam diri beliau. Khatam dalam arti sebutan terakhir untuk menggambarkan kebagusan dan kesempurnaan adalah sudah lazim dipakai. Lebih-lebih Al-Quran dengan jelas mengatakan tentang bakal diutusnya nabi-nabi sesudah Rasulullah saw wafat (7: 35). Rasulullah saw sendiri jelas mempunyai tanggapan tentang berlanjutnya kenabian sesudah beliau. Menurut riwayat, beliau pernah bersabda, "Sekiranya Ibrahim (putera beliau) masih hidup niscaya ia akan menjadi nabi" (Majah, Kitab al-Janaiz) dan, "Abu Bakar adalah sebaik-baik orang sesudahku, kecuali bila ada seorang nabi muncul" (Kanzul 'Ummal). (hlm. 1460-1461)

Q.s. Yasin: 26 Dikatakan (kepadanya): "Masuklah ke syurga"[1265]. ia berkata: "Alangkah baiknya sekiranya kamumku Mengetahui. [1265] menurut riwayat, laki-laki itu dibunuh oleh kaumnya setelah ia mengucapkan kata-katanya sebagai nasihat kepada kaumnya sebagaimana tersebut dalam ayat 20 s/d 25. ketika dia akan meninggal. malaikat turun memberitahukan bahwa Allah Telah mengampuni dosanya dan dia akan masuk syurga. Tafsir Ahmadiyah: "Penyebutan surga secara khusus dalam ayat ini sehubungan dengan rajulun yas'a itu sangat penting artinya. Kalau kepada semua orang yang beriman sejati dalam Al-Qur'an telah dijanjikan surga, maka penyebutan secara khusus ini nampaknya berlebih-lebihan dan tidak pada tempatnya. Pembuatan suatu kuburan khusus di Qadian yang terkenal, "Bahisyti Maqbarah" (Pekuburan Surgawi) oleh Hadhrat Masih Mau'ud as atas perintah Ilahi secara istimewa, dapat merupakan penyempurnaan secara fisik bagi perintah yang terkandung dalam kata-kata, "Inni anzaltu ma'aka al-jannah", artinya, "Aku telah menyebabkan surga turun bersama engkau" (Tazkirah). Nubuatan itu pun agaknya mendukung penjelasan bagi kata-kata, "Masuklah ke dalam surga". (hlm. 1522)
Q.s. as-Syura: 51, Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. [1347] Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada nabi Musa a.s. Tafsir Ahamdiyah: "Ayat ini menyebut tiga cara Tuhan berbicara kepada hamba-Nya dan menampakkan wujud-Nya kepada mereka: (a) Dia berfirman secara langsung kepada mereka tanpa perantara. (b) Dia membuat mereka menyaksikan kasyaf (penglihatan gaib), yang dapat ditakwilkan atau tidak, atau kadang-kadang membuat mereka mendengar kata-kata dalam keadaan jaga dan sadar, diwaktu mereka tidak melihat wujud orang yang berbicara kepada mereka. Inilah arti kata-kata "dari belakang tabir". (c) Tuhan menurunkan seorang Rasul atau seorang malaikat yang menyampaikan amanat Ilahi." (hlm. 1670-1671)
Q.s. al-Zukhruf: 57-58 Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamnaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar[1362].[1362] ayat 57 dan 58 di atas menceritakan kembali kejadian sewaktu Rasulullah membacakan di hadapan orang Quraisy surat Al-Anbiya ayat 98 yang artinya Sesungguhnya kamu dan yang kamu sembah selain Allah adalah kayu bakar Jahannam. Maka seorang Quraisy bernama Abdullah bin Az Zab'ari menanyakan kepada Rasulullah s.a.w. tentang keadaan Isa yang disembah orang Nasrani apakah beliau juga menjadi kayu bakar neraka Jahannam seperti halnya sembahan-sembahan mereka. Rasulullah terdiam dan merekapun mentertawakannya; lalu mereka menanyakan lagi mengenai mana yang lebih baik antara sembahan-sembahan mereka dengan Isa a.s. Pertanyaan-pertanyan mereka Ini hanyalah mencari perbantahan saja, bukanlah mencari kebenaran. jalan pikiran mereka itu adalah kesalahan yang besar. Isa a.s. bahwa beliau disembah dan tidak pula rela dijadikan sembahan. Tafsir Ahmadiyah: "Shadda (yashuddu) berarti, ia menghalangi dia dari sesuatu, dan Shadda (yashiddu) berarti, ia mengajukan sanggahan (protes). (Aqrab). Kedatangan Al-Masih as adalah tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya. Karena matsal berarti, sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (6:38), ayat ini, disamping arti yang diberikan dalam ayat ini, dapat pula berarti bahwa bila kaum Rasulullah saw –ialah kaum muslimin- diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama Nabi Isa as akan dibangkitkan diantara mereka untuk memperbaharui mereka dan mengembalikan kejayaan rohani mereka yang telah hilang, maka daripada bergembira atas khabar suka itu malah mereka ingar bingar mengajukan protes. Jadi ayat ini dapat dianggap mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa as untuk kedua kalinya." (hlm. 1685)
Q.s. al-Fath: 29 "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." Tafsir Ahmadiyah: "Kata-kata dan pelukisan tentang mereka dalam Turat, dapat juga ditujukan kepada pelukisan yang diberikan oleh Bible, yakni, "Kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit Kades" (Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia th. 1958. dalam bahasa Inggrisnya berbunyi, "He shined forth from mount Paran and he came with ten thousands of saints", artinya, Ia nampak dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran dan ia datang dengan sepuluh ribu orang kudus (Deut. 33:2) peny.) dan ungkapan "Dan pelukisan tentang mereka dalam Injil adalah "laksana tanaman", dapat ditujukan kepada perumpamaan lain dalam Bible, yaitu: "Adalah penabur keluar hendak menabur benih, maka sedang ia menabur ada separuh jatuh di tepi jalan, lalu datanglah burung-burung makan sehingga habis benih itu. Ada separuh jatuh di tempat yang berbatu-batu yang tidak banyak tanahnya, maka dengan segera benih itu tumbuh, sebab tanahnya tidak dalam. Akan tetapi ketika matahari naik, layulah ia, dan sebab ia tiada berakar, keringlah ia. Ada juga separuh jatuh di tanah semak dari mana duri itu pun tumbuh serta membantutkan benih itu. Dan ada pula separuh di tanah yang baik, sehingga mengeluarkan buah, ada yang seratus, ada yang enam puluh, ada yang tiga puluh kali ganda banyaknya" (Matius, 13: 3-8). Perumpamaan yang pertama agaknya dikenakan kepada para sahabat Rasulullah saw dan perumpamaan yang kedua dikenakan kepada para pengikut rekan sejawat Nabi Isa as, ialah Hadhrat Masih Mau'ud as, yang berangkat dari suatu permulaan yang sangat kecil dan tidak berarti, telah ditakdirkan berkembang menjadi suatu organisasi perkasa, dan berangsur-angsur tetapi tetap maju menyampaikan tabligh Islam ke seluruh pelosok dunia, sehingga akan mengungguli dan menang atas semua agama, dan lawan-lawannya akan merasa heran dan iri hati terhadap kekuatan dan pamornya. (hlm. 1760-1761)
Q.s. al-Jumu'ah: 3 "Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Terjemahan Ahmadiyah: "Dan, Dia akan membangkitkannya di tengah-tengah suatu golongan lain dari antara mereka, yang belum pernah bergabung dengan mereka....". Tafsir Ahmadiyah: "Ajaran Rasulullah saw ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka, yang ditengah-tengah bangsa itu beliau dibangkitkan, melainkan kepada seluruh bangsa bukan Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau, melainkan juga kepada keturunan demi keturunan manusia yang akan datang hingga kiamat. Atau, ayat ini dapat juga berarti bahwa Rasulullah saw akan dibangkitkan di antara kaum lain yang belum pernah tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadis Nabi saw yang termasyhur tertuju kepada pengutusan Rasulullah saw sendiri untuk kedua kali dalam wujud Hadhrat Masih Mau'ud as di akhir zaman." Buku itu lalu menyitir hadis dari Abu Hurairah ra berkata, "Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw, ketika Surah Jumu'ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw, "Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata, Dan di tengah-tengah suatu golongan lain dari antara mereka yang belum pernah bergabung dengan mereka? Salman al-Farisi sedang duduk di antara kami. Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasululllah saw meletakkan tangan beliau kepada Salman dan bersabda, "Bila Iman telah terbang ke Bintang Suraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya" (Bukhari). Hadis Nabi saw ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi. Hadhrat Masih Mau'ud as pendiri Jemaat Ahmadiyah adalah dari keturunan Parsi. Hadis Nabi saw lainnya menyebutkan kedatangan Al-Masih pada saat ketika tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap (Baihaqi). Jadi, Al-Quran dan hadis kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Rasulullah saw dalam wujud Hadhrat Masih Mau'ud as." (hlm. 1919-1920)
Q.s. al-Jumu'ah: 6 Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa Sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, Maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar". Tafsir Ahmadiyah: "Hadhrat Masih Mau'ud as akan menantang mereka yang menyebut diri ulama Islam, yang menolak dakwa beliau, untuk mengadakan mubahalah, yaitu pertandingan doa; di dalam mubahalah itu diminta supaya kutukan Ilahi menimpa mereka yang mengada-adakan dusta terhadap Tuhan (3:61)" (hlm. 1920)
Q.s. as-Shaff: 6 Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad) (yang akan bernama Ahmad, Terj. Ahmadiyah)."Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." Tafsir Ahmadiyah: "... Jadi, nubuatan yang disebut dalam ayat ini ditujukan kepada Rasulullah saw, tetapi sebagai kesimpulan dapat pula dikenakan kepada Hadhrat Masih Mau'ud as, pendiri Jemaat Ahmadiyah, sebab beliau telah dipanggil dengan nama Ahmad di dalam wahyu (Brahin Ahmadiyah), dan oleh karena dalam diri beliau terwujud kedatangan kedua atau diutusnya yang kedua kali Rasulullah saw telah pula dinyatakan dengan jelas dalam Injil Barnabas....". (hlm. 1914)
Q.s. as-Shaff: 7 Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim. Tafsir Ahmadiyah: "Ayat ini mengisyaratkan kepada orang-orang kafir, yang terhadap mereka Rasulullah saw menyampaikan tabligh beliau... tetapi bila nubuatan itu dianggap kena untuk Hadhrat Masih Mau'ud maka ungkapan ia diajak kepada Islam, akan berarti bahwa Hadhrat Masih akan diajak oleh mereka yang menyebut diri pembela Islam agar bertaubat dan menjadi muslim lagi seperti mereka, sebab – menurut faham mereka dengan pengakuan beliau menjadi Almasih dan Mahdi yang Dijanjikan, beliau sudah bukan Muslim lagi. (hlm. 1914)
Q.s. as-Shaff: 9 Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. Tafsir Ahmadiyah: "Kebanyakan ahli tafsir Al-Qur'an sepakat bahwa ayat ini kena untuk al-Masih yang Dijanjikan sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian." (hlm. 1915)

No comments: